Posts Tagged With: Taiwan

Gundah Gulana(h).

Hari ini cuaca di bumi Formosa Taiwan nampaknya sedikit gelisah. Sejak dini hari yang cerah membuncah, diselimuti awan yang indah. Kemudian tidak terasanya bangun tadi malam setelah memejamkan mata dari pukul 8 sampai sepertiga malam. Hingga terbit matahari. Lalu saat sepenggalah naiknya si Matahari, bintang paling dekat dengan bumi, rasa-rasanya hanya sedikit yang bisa istiqomah untuk bangun, menyucikan diri, meluruhkan dosa dengan mengambil air wudhu kemudian melaksanakan Shalah Dhuha.

Masih resah dengan cuacanya, kemudian cuaca berganti tertutup awan, bukan mendung, tapi putih. Suasana mendadak syahdu merdu sendu. Bagaikan Qolbu yang sering dibalik-balik dengan mudahnya oleh, keadaan. Yang menyebabkan ‘keteguhan hati’ bukanlah frasa yang main-main.

Mulai berputar putar, karena saya sendiri sedang dihadapkan pada deadline, tenggat waktu kalau kata orang Melayu, mungkin Indonesia juga.

Sudah semenjak pagi berkutat di Laboratorium dan bersikeras mengejar tenggat waktu, yang saya persulit sendiri. Kebiasaan menunda adalah musuh terbesar di dalam diri saya. Mungkin bagi pembaca sekalian. Detik berganti menit, kemudian menjadi satuan jam. Sudah sore, dan sekarang cuaca Bumi Formosa berubah drastis. Hujan dan angin kencang. Mungkin taifun? Mungkin juga tidak? Hmm,,tapi badan ini harus kembali ke kamar, ingin mendapatkan makanan hati dengan berjumpa dengan Sang Pencipta, Allah swt. Makanan dan nutrisi hati yang bisa kita dapatkan kapan saja. Berbeda dengan puasa, kita bisa sholat kapan saja untuk mengingat Sang Khaliq. Datang ke Masjid selepas Ashr, tunaikan Tahhiyatu Masjid. Sebelum memasuki Dhuhur, bisa sholat Qobliyah Dhuhur 2 raka’at, syukur-syukur sebelumnya sholat Dhuha.

Ya rabb, sudah masuk hari kedua bulan Syawal. Memasuki hari hari dimana kita manusia tidak bisa lagi keluar rumah dengan restoran-restoran atau warung makan yang tertutup kelambu seperti di Indonesia yang menyiratkan ‘kami menghargai yang sedang berpuasa’. Dimana manusia tidak bisa lagi berombongan dengan saudara muslim lainnya untuk menegakkan ibadah puasa bersama-sama, mungkin. Waktu-waktu yang saya sering artikan sebagai waktu-waktu pembuktian cinta dan penghambaan yang sebenarnya kepada-Mu, Ya Rabb. Waktu-waktu dimana kita harusnya lebih merendahkan diri beribadah lebih khusyuk kepada Tuhan Semesta Alam. .

‘Setiap amalan ibadah dari anak cucu Adam adalah untuknya sendiri, kecuali puasa, yang adalah untuk-Ku. Dan Akulah sendiri yang akan memberikan balasannya’

 (Hadits Qudsi).

Rasulallah, Muhammad SAW bersabda “Adalah separoh sabar, dan sabar itu adalah setengah Iman. Ia merupakan pintunya Ibadah, yang dengannya akan diperoleh dua kesenangan; yakni saat berbuka puasa dan kala berjumpa dengan Rabb kelak”.

Ya Allah, saya sudah merindukan Ramadhan yang baru saja berlalu.

Jangan salahkan hati yang sering dibolak-balik, kemudian disamakan pula dengan keimanan kita yang bisa naik turun. Alloh menyukai ibadah yang kecil sederhana namun kontinyu, perpetually. Ba’da Ramadhan ini adalah ujian sesungguhnya menurut saya. Ujian dari sebulan penuh pelatihan bagi ruh dan raga kita. Dan benarlah yang disebutkan, keimanan dan ketakwaan itu adalah urusan manusia dengan Rabb. Urusan yang tidak main-main.

Bagaikan cuaca Bumi Formosa yang sedang gundah gulana(h). Tulisan amburadul ini adalah sedikit kesetiakawanan dengannya. Dan Waktu Maghrib yang sudah berlalu selang beberapa menit yang lalu. Dan ruh yang selalu lapar.

Wassalamualaykum warrahmatullah wabarokatuh

Senin 20 Agustus 2012|2 Shawwal 1433 H.

[A]

Categories: (INA), Diary | Tags: , , , , | 2 Comments

Blog at WordPress.com.